Penghimpunan Dana dari Pasar Modal Sentuh Rp 92,68 Triliun per 9 Juli 2021
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
PT Bestprofit Futures - Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana dari pasar modal mencapai Rp 92,68 triliun per 9 Juli 2021. Hal itu berasal dari 84 penawaran umum. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, pihaknya mencatat surat pernyataan pendaftaran 84 emisi penawaran umum per 9 Juli 2021.
Penawaran itu terdiri dari 23 penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 6,45 triliun. Lalu 16 penawaran umum terbatas (PUT) atau rights issue sebesar Rp 35,66 triliun, dan 45 efek bersifat utang dan sukuk dengan nilai mencapai sekitar Rp 50,58 triliun. Dengan demikian totalnya mencapai Rp92,68 triliun.
Sementara itu, jumlah emisi efek per 30 Desember 2020 mencapai Rp 118,7 triliun.Selain itu, hingga 9 Juli 2021 tercatat 25 emiten baru. Pada 30 Desember 2020 ada emiten baru mencapai 54 emiten.
Hoesen menambahkan, jumlah investor meningkat dengan ditunjukkan dari jumlah single investor id. Tercatat jumlah investor per 30 Juni 2021 sudah tembus 5,6 juta atau naik 44,42 persen dibandingkan Desember 2020 sebesar 3,88 juta.
"Berbagai perkembangan tersebut untuk dorongan positif pasar modal Indonesia. Saya optimis di tengah situasi pandemi yang masih terus berlangsung dapat ketahui beberapa kekurangan dan kelemahan kita dan segera respons dengan berbagai kebijakan dan tantangan," kata dia.
Pelaku Pasar Modal Lebih Siap Hadapi Dampak Pandemi COVID-19
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66.
PT Bestprofit Futures - Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pelaku pasar modal lebih siap merespons dampak pandemi COVID-19. Hal ini seiring kondisi pasar modal tidak terlalu bergejolak dibandingkan kondisi pada 1998 dan 2008. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menuturkan, kinerja pasar modal sangat dipengaruhi dampak pandemi COVID-19 sejak 2020. "Di dalam kondisi alhamdulilah pelaku pasar modal sangat baik respons sehingga kondisinya tidak timbul gejolak volatile pada pengalaman 2020. Pasar bergerak sideways IHSG bertahan di level 6.000 dan terkadang menunjukkan penguatan," ujar Hoesen dalam diskusi virtual Investor Daily Summit, Kamis (15/7/2021). Hoesen menambahkan, hal itu didorong dari penguatan pemulihan ekonomi Indonesia dan pelaksanaan vaksinasi, serta perkembangan masyarakat yang terdampak COVID-19 turut pengaruhi pasar modal Indonesia. Hoesen menjelaskan, per 9 Juli 2021, IHSG naik 1,02 persen dari posisi 5.979 pada 30 Desember 2020 menjadi 6.039 pada 9 Juli 2021. Kapitalisasi pasar saham Indonesia juga meningkat 3,12 persen dari Rp 6.968,94 triliun pada 30 Desember 2020 menjadi Rp 7.186,16 triliun. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian naik 44,69 persen dari Rp 9,22 triliun pada 30 Desember 2020 menjadi Rp 13,34 triliun pada 9 Juli 2021. Rata-rata volume transaksi harian naik 70,16 persen menjadi 20,18 miliar saham per 9 Juli 2021 dari posisi 11,86 miliar pada 30 Desember 2020. Ia menuturkan, OJK sebagai regulator bersinergi untuk menjaga stabilitas dan volatilitas di pasar modal Indonesia.
Comments