Laba Citibank Turun Rp 515 Miliar di Semester I 2018
Laba bersih Citibank Indonesia mencapai Rp 835 miliar sepanjang semester I-2018. Laba tersebut menurun sebesar Rp 515 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp 1,35 triliun.
Chief Executive Officer Citibank Indonesia, Batara Sianturi mengatakan, penurunan laba bersih karena pihaknya melakukan langkah pencadangan kerugian pada tahun ini.
"Tahun lalu sangat baik labanya. Sekarang (2018 laba turun) karena ada pencadangan di tahun ini menjadi negatif, karena benefit-nya berkurang," kata Batara di Ritz Carlton, Jakarta, Senin, (13/8/2018).
Kendati demikian, CitiBank tetap mencatatkan pertumbuhan aset yang tinggi, tingkat permodalan serta kualitas aset Bank tetap terjaga, dengan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 24,05 persen dan rasio Non Performing Loan bruto dan netto masing-masing sebesar 2,34 persen dan 0,92 persen.
"Citibank Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia sebagaimana ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit year-on year yang mencapai double digit. Citibank Indonesia memiliki neraca yang kokoh dengan tingkat permodalan yang sangat memadai dan likuid. Kami dalam posisi yang baik untuk dapat terus mendukung aspirasi pertumbuhan nasabah kami serta memperdalam hubungan jangka panjang dengan mereka," ujarnya.
Di lini bisnis institutional banking, Citi Treasury and Trade Solutions (TTS) mencatat pertumbuhan yang kuat. "TTS menyediakan layanan perlindungan penipuan guna mencegah penggunaan Commercial/Corporate Card secara tidak sah pada saat melakukan transaksi secara online," jelas dia.
Sementara itu, di ranah digital banking, lebih dari 55 persen dari total nasabah telah mendaftar ke internet banking (Citibank Online) dan mobile banking (Citi Mobile).
"Khususnya untuk mobile banking, pengguna Citi Mobile telah meningkat secara signifikan sebesar 70 persen year on year hingga Juni 2018. Penetrasi e-statement Citibank Indonesia juga tinggi, mencapai hampir 83 persen, yang menjadikannya sebagai salah satu yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik. Di ritel banking, Citigold mengadakan Citigold lntergeneration Successor Program khusus bagi generasi penerus nasabah Citigold," dia menandaskan.
Portofolio kredit Citibank Indonesia mencatatkan kinerja yang positif sepanjang semester 1-1208. Angka pertumbuhan kredit tembus dua digit.
Batara Sianturi menyebutkan bahwa kredit meningkat 19 persen secara year on year menjadi Rp 47,5 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan pada lini bisnis Institutional Banking.
"Pertumbuhan kredit ini ditunjang oleh momentum pertumbuhan yang kuat di Dana Pihak Ketiga sebesar 15 persen," kata dia.
Kondisi tersebut memungkinkan Bank untuk mempertahankan rasio lending to-funding (RIM) yang solid yaitu sebesar 77,7 persen.
"Tidak terpaut jauh dari periode yang sama tahun lalu yang 77,6%," ujarnya.
Sementara itu, untuk NPL gross perusahaan tetap terjaga di bawah tiga persen meski ada sedikit kenaikan. Pada semester I 2018 sebesar 2,34 persen sedangkan pada periode sama tahun lalu NPL Gross sebesar 2,26 persen.
Sedangkan tingkat permodalan serta kualitas aset bank dinilai tetap terjaga. Dengan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 24,05 persen.
"Indonesia mempunyai neraca kokoh dengan tingkat permodalan sangat likuid. Kami masih dalam posisi baik untuk mendukung aspirasi pertumbuhan nasabah kami dan memperdalam hubungan jangka panjang dengan mereka," tandas dia.